DEWAN GURU

DEWAN GURU








Jumat, 08 Juli 2011

FIGUR DALAM BUDAYA ORGANISASI

FIGUR DALAM BUDAYA ORGANISASI

Setiap organisasi pasti memiliki nilai-nilai budaya yang sangat luhur dengan sejumlah harapan dan tujuan mulia yang akan dicapainya, sehingga sekumpulan orang-orang dari berbagai karakter mengikat dan membentuk sebuah kesepakatan yang di ikat oleh sebuah budaya yang diciptakan dalam wadah organisasi sehingga sama-sama memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan secara tertulis dan dapat dijadikan pegangan oleh seluruh anggota. Budaya tersebut harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika pengelolaan suatu organisasi yang mencakup Profesionalisme, Kerjasama, Keserasian, Keselarasan, Keseimbangan, dan Kesejahteraan.

Budaya adalah sesuatu yang mempunyai arti dan dapat disepakati bersama dan memiliki sifat relatif dalam arti tidak absolut sehingga dapat dipelajari. Budaya sebuah organisasi pada dasarnya dibentuk oleh suatu sistem. Sistem harus abadi sementara figur bisa berulangkali berganti dan jika sistem telah tertanam dalam alam fikiran anggota organisasi tersebut maka budaya organisasi akan muncul.

Laju budaya organisasi akan dipengaruhi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan atau kompetensi dari seorang pimpinan atau ketua organisasi, sebagus apapun nilai-nilai budaya yang diciptakan dan diinformasikan akan dipengaruhi oleh proses sosial yang timbul dari sikap dan prilaku pimpinan dalam mengarahkanya, tidak heran jika ada sebuah organisasi yang awalnya komitmen dengan budaya organisasi kolektif yang kuat tiba-tiba menjadi budaya yang lemah dan dijadikan kepentingan dewasa elit-elit organisasi unutuk mencapai tujuan secara individual dan kelompok, sehingga anggota dan kebesaran organisasi dijadikan alat pencapaian atau sebagai batu loncatan mencapai puncak keberhasilan dan kesuksesanya.

Kelompok orang dalam sebuah organisasi :

1. Mendewasakan organisasi

Kelompok ini akan lebih konsisten dengan tujuan dan budaya kuat organisasi dalam pencapaian kepentingan bersama dengan tidak memperhitungkan untung dan rugi, budaya yang mereka ikuti adalah budaya yang telah disepakati bersama dalam organisasi dan menjadikan orang-orang yang bisa menjaga budaya organisasi yang kuat .

2. Didewasakan organisasi.

Kelompok ini merupakan kelompok orang yang dicetak oleh organisasi sehingga mereka memahami dan mempelajari kemanfaatan organisasi dari figur yang mereka contoh sehingga menjadi individu yang pintar dalam cara berorganisasi. Kelompok ini akan tercipta menjadi 2 kelompok :

a. Kelompok yang bisa menjadikan budaya organisasi lebih kuat dari akulturasi budaya yang dialami organisasi dengan tidak akan menghilangkan jatidiri budaya organisasi tersebut dan jika menemukan praktek-praktek yang menyimpang dari budaya yang disepakati mereka akan memposisikan dirinya menjadi seorang aktivis organisasi yang handal.

b. Kelompok yang bisa memanfaatkan atau orang-orang yang antusias ingin menguasai dan mengendalikan organisasi sebagai alat kepentingan individuliasm

3. Dewasa berorganisasi

Kelompok ini kecenderungan menjadi sekelompok orang-orang yang telah berserikat diluar rel organisasi untuk menciptakan budaya yang mereka sepakati sehingga mampu mengubah budaya organisasi yang ada menjadi budaya baru yang harus diikuti oleh seluruh anggota organisasi, kelompok ini akan bertindak secara individu dan atau bersama kroni-kroninya untuk meciptakan karakter-karakter baru yang bisa merugikan keagungan dan kekuatan budaya organisasi yang mereka jadikan sebagai alat kendaraanya.

Dari ketiga kelompok orang dalam cara berorganisasi akan mencerminkan penciptaan budaya organisasi tersebut bisa menjadi kuat atau menjadikan budaya organisasi yang lemah. Maka figur pemimpin sebuah organisasi sangat berperan dan sangat dominan terhadap budaya organisasi karena pada hakikatnya pemimpin merupakan seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan budaya organisasi yang dipimpinya dengan menggunakan kekuasaan. Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.

Sebagai ilustrasi budaya organisasi yang lemah “ jika seorang pimpinan membiasakan datang terlambat, masa bodoh kurang disiplin cara berpakaian seperti selalu mengunakan sepatu sandal dalam bekerja dll, maka dengan sendirinya prilaku tersebut akan menjadikan budaya yang diikuti oleh bawahan/ anggotanya. Sedangkan contoh ilustrasi budaya organisasi yang kuat “ jika seorang pimpinan selalu memberikan ketauladanan dengan komitmen kerja yang tinggi seperti selalu menghargai kinerja sebagai amanah yang harus dilaksanakan dengan penuh keprofesionalan, kejujuran, keterbukaan, keluwesan, penuh tanggung jawab dll maka dengan tanpa harus beretorika panjang di setiap rapat-rapat, seluruh anggota akan terdorong motivasi intrinsiknya untuk melakukan kinerjanya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Dengan demikian siapapun yang masuknya kedalam sebuah organisasi akan selalu bertanya “Apa yang telah saya dapati dan saya rasakan” suka atau tidak suka sosok figur masih sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi dan tentunya seorang figur yang visioner yang membawa budaya organisasi lebih kuat dan disegani oleh seluruh anggota organisasi dengan karya yang nyata.


Admin: Dedi Ruswantono, S.Pd

0 komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG, SILAHKAN KASIH KOMENTAR YANG SOPAN YA, KRITIK ATAUPUN SARAN AKAN KAMI JADIKAN MOTIVASI DIKEMUDIAN HARI.